Senin, 19 November 2012


Apa yang pertama dilihat ketika kita membaca sebuah tulisan? Ya, judulnya. Mengapa judul terlebih dahulu? Karena judul merupakan jendela dari sebuah tulisan atau karya ilmiah. Sebegitu pentingnya judul, sehingga menjadi hal pertama yang dilihat oleh pembaca. Demikian pula dalam judul penelitian kualitatif atau judul bacaan lain. Judul harus menarik minat pembaca.
Judul merupakan bagian yang penting dalam badan tulisan. Jika tidak ada judul, orang tidak akan tahu mengenai apa tulisan itu dibuat. Judul juga berfungsi sebagai penanda dari apa yang akan kita baca. Terkadang untuk mencari referensi tulisan, atau ketika membaca koran kita melihat judulnya terlebih dahulu. Bila judulnya menarik, maka dengan segera akan kita baca, namun bila judulnya kurang menarik, jangankan untuk membaca lebih jauh, melihat ringkasannya saja kita sudah males.
Jadi jika Anda ingin tulisan atau karya ilmiah Anda disukai banyak pembaca, buatlah judul yang semenarik mungkin. Judul diupayakan mewakili isi tulisan, memuat tema utama, di samping juga dikaitkan dengan fenomena yang terjadi saat ini. Demikian juga halnya dengan judul penelitian kualitatif.
Menentukan judul penelitian kualitatif gampang-gampang susah. Mengingat tradisi penelitian kualitatif yang masih terbilang baru bila dibandingkan dengan tradisi penelitian kuantitatif. Judul penelitian kualitatif mementingkan aspek konsep, fokus penelitian, dan subjek penelitian itu sendiri. Judul penelitian kualitatif cenderung menggunakan kalimat yang singkat padat dan jelas. Bahkan hanya membutuhkan beberapa kata saja.
Judul penelitian kualitatif jarang menggunakan kata hubung seperti dengan, hubungan, terhadap. Jika pun menggunakan kata hubung hanya sebagai penjelas bukan sebagai komponen atau variabel yang akan diteliti. Penggunaan variabel hanya diperuntukkan judul penelitian kuantitatif.
Penulisan judul penelitian kualitatif yang singkat biasanya diikuti dengan subjudul. Subjudul di sini berfungsi sebagai penjelas penelitian apa yang telah dilakukan dan berisi lokasi, objek penelitian, metode penelitian yang digunakan. Contohnya: subjudul untuk judul ”Kajian Tentang Tidakan Rasionalitas Konversi Pemahaman Beragama Warga Muhammadiyah Yang Berasal Dari NU”, yaitu ”Studi Kasus di Desa Sukadarma, Kecamatan Labuan, Gebang, Madura”.
Berikut beberapa contoh judul penelitian kualitatif yang dapat Anda jadikan rujukan untuk menentukan judul penelitian kualitatif yang akan Anda buat:
  • ”Sandiwara di Senayan”, dengan subjudul ”Studi Dramaturgis Komunikasi Politik di DPR RI”.
  • ”Kematian Sebagai Pertunjukan”, dengan subjudul ”Studi Dramaturgi Pemakaman di Amerika Serikat”.
  • ”Tato Anggota Geng Penjara”, dengan subjudul ”Studi Komunikasi Visual Karier Moral”.
  • ”Teknik Kelompok Kecil yang Radikal”, dengan subjudul ”Kajian Tentang ’Pembangkitan Kesadaran’”.
  • ”Konstruksi Maskulinitas dalam Kampanye Pemilihan Presiden”, dengan subjudul ”Studi Kasus Musim Kampanye Tahun 1992”.
  • ”Citra Tubuh Perempuan”, dengan subjudul ”Kajian Identitas Perempuan dan Media”.
  • “Komunikasi Antaragama”, dengan subjudul “Sebuah Studi Hermeneutik”.
Crystine Daymon dan Immy Holloway dalam bukunya yang mudah dicerna Qualitative Research Methods in Public Relations and Marketing Communication, mengungkap bahwa metode kualitatif untuk Public Relations utamanya ditujukan membantu isu-isu dalam manajemen komunikasi (Daymon-Holloway,  2002:1). Juga disebukan bahwa riset Public Relations dalam isu manajemen komunikasi terbagi dalam dua sudut pandang: realis dan intepretif. Dan kualitatif adalah riset yang menekankan pada sudut pandang intepretif.
Berbagai anggapan filosofis sebanyak apapun mampu diserap dalam riset kualitatif. Kualitatif riset memiliki kedalaman features dan kekuatan, yang dimasukkan subyektifitas alamiah. Maksudnya features itu adalah gaya penulisan yang memungkinkan kemudahan dalam membaca data dan analisis. Dalam memenuhi pengetahuan tentang Public Relations, riset semacam ini memiliki cita rasa kolaboratif dan dialogis.
Daymon dan Holloway (2002: 5-7) juga memberitahukan tentang karakteristik dari riset kualitatif :
  1. Kata-kata/tulisan : Kata-kata dan penulisan dalam riset kualitatif lebih berfokus kepada ficer kata-kata dibandingkan dengan angka, meskipun tidak menutup kemungkinan penggunaan angka sebagai tambahan isi.
  2. Periset : Seorang researcher atau periset dalam penelitian jenis ini akan selalu terlibat sebagai dia sendiri, begitu dekat dengan subjek dan narasumber yang hendak ia teliti. Dan karena kedekatan itu, seolah-olah periset dikendalikan oleh data-data atau subjek/narasumber yang ada (dikarenakan riset mereka berdasar atas metode survey dan wawancara yang terstruktur).
  3. Sudut pandang partisipan : Ada kehendak mendalam untuk menjelajahi dan menyampaikan berbagai macam sudut pandang subjektif dari para narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini. Semacam previles terhadap para periset untuk menuliskan biografi bersama-sama dengan orang-orang yang terlibat dalam riset semacam ini.
  4. Studi dalam skala kecil : Riset kualitatif bertujuan untuk mendalami sebuah permasalahan khusus secara mendalam. Agar tersaring kekayaan data dan pandangan yang menyeluruh akan nomena itu. Secara normatif selalu mengambil contoh yang paling kecil dari sebuah kerangka masalah yang besar.
  5. Holistic Focus : Dibandingkan dengan mengarahkan dan memusatkan perhatian pada satu atau dua variabel yang tertutup, riset kualitatif berorientasi untuk membuka rentang panjang keterkaitan konteks antara aktivitas, pengalaman, kepercayaan, dan nilai-nilai orang-orang dimana mereka terikat dalam sebuah situasi. Hal ini menuntut seorang periset kualitatif untuk memiliki kecakapan dalam memahami berbagai dimensi yang berhubungan dengan konteks.
  6. Fleksibel : Meskipun memiliki topik, agenda, yang mengisi proges pelaporan risetnya, periset kualitatif membuka diri terhadap perubahan paradigma berkaitan dengan keadaan konteks yang ditelitinya. Prosedurnya barangkali bisa menjadi berantakan, harus beradaptasi, dan kadang-kadang harus berubah secara spontan. Tapi studi sosial memang bersifat sangat ‘kacau’ di lapangan dan harus senantiasa terbiasa untuk beradaptasi dengan perubahan.
  7. Terlalu Subjektif : Terkadang riset ini dituduh terlalu impressionis, goyah dengan rasa kagum dan penilaian berlebihan pada konteks. Apapun itu, subjektifitas adalah senjata para periset kualitatif. Berdasarkan proses, periset memiliki kebebasan menentukan jalan pikirannya dan insting pribadi. Karena periset harus percaya penuh terhadap subjek yang dia teliti, mengandalkan riabilitas dan validitas (seperti keaslian dan kepeterpercayaan data) yang bisa dipertanggungjawabkan.
  8. Bermasalah dalam generalisasi : Jangan coba-coba melakukan generalisasi atau kesimpulan. Karena penelitian jenis ini tidak ditujukan untuk mewakili keseluruhan dari populasi isi.  Tantangan penelitian ini memang di dalam membatasi kesimpulan akhir. Padahal dengan menyediakan kekayaan deskripsi data yang bisa diambil dari konteks lebih kecil itu, justru bisa lebih menjelaskan apa yang terjadi dengan konteks yang lebih besarnya.
  9. Kurang transparan : Bryman (2001) berpendapat orang-orang kualitatif itu kurang bertanggungjawab untuk mengartikulasi prosedut dengan rapih. Kumpulan data, sampel, dan analisa disusun dengan meninggalkan begitu banyak lubang. Seperti tambal sulam saja. Walau tidak menutup kemungkinan bahwa penelitian jenis lainnya bisa terjebak dalam masalah yang sama. 
  10. Sulit dijiplak : karena sang peneliti juga merupakan bagian dari penelitian. Jadi tidak mungkin ada orang yang ingin menjiplak riset semacam ini. Sang periset dilarang meniru pula cara penelitian orang lain. Integritas mereka harus berpegang teguh terhadap apa-apa yang mereka teliti.
  11. Prosesual : menekankan diri pada proses. Periset dilarang menjadi statis pada fenomena. Artinya harus melibatkan diri dengan penuh menangkap setiap prosesnya sepanjang waktu. Dengan demikian dari sudut pandang penulis, riset semacam ini tidak memandang ‘jam kerja’ (atau jam riset tepatnya). Karena segalamacam perubahan, detak-detak dari kejadian, dan sikap, harus mampu direkam. 
  12. Induktif dibanding Deduktif : artinya ambil masalah yang kau inginkan. Masukkan alasan induktif menuju kesimpulan deduktif, dari umum kepada khusus. Lalu tes ide-idemu dengan cara menghubungkannya dalam riset pustaka. Teori dengan demikian hanya sebagai penopang saja dibandingkan sebagai alat tes dan generalisasi melalui lapangan penelitian.
Dalam penjelasan 12 karakterisitik riset kualitatif di atas, telah kita pahami sejauhmana penelitian kualitatif memiliki sifat dan membimbing penelitian ini. Tentu saja penulis sendiri hanya mengambil dari Daymon dan Holloway ini sebagai penuntun dan bukan penentu penelitian. Lantas penulis memilih menjadi seorang analis intepretif, dibanding seorang realis.
Judul Penelitian kualitatif dapat bertitik tolak dari suatu teori yang telah diakui kebenarannya dan dapat disusun pada waktu  penelitian berlangsung berdasarkan data yang dikumpulkan. Pada tipe pertama, dikemukakan teori-teori yang sesuai dengan masalah penelitian, kemudian di lapangan dilakukan verifikasi terhadap teori yang ada, mana yang sesuai dan mana yang perlu diperbaiki atau bahkan ditolak.

sumber 
Posted by ManeIcon On 00.12
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube