Selasa, 27 November 2012

Standar Kompetensi:
Memahami isi berita dari radio/televisi

Kompetensi Dasar:
9.1 Menemukan  pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan  
     bagaimana) yang didengar dan atau ditonton  melalui radio/televisi
9.2 Mengemukakan kembali berita yang didengar/ ditonton  melalui radio/televisi

Tujuan pokok pembelajaran berikut ini, Anda diharapkan dapat:
·     mampu mendengarkan berita dengan baik
·     memahami inti berita yang telah didengar
·     menemukan pokok-pokok berita yang telah didengar
·     mengemukakan kembali berita yang didengar

Pengantar
Kegiatan mendengarkan sudah sering kita lakukan baik dari siaran televise maupun radio. Informasi yang kita dapatkan terkadang penting bagi kita terkadang juga tidak. Secara tidak langsung informasi yang kita dapatkan dapat kita identifikasi unsure-unsur pokoknya sehingga kita dapat menentukan informasi penting yang berupa inti berita pada informasi yang kita dengar.

Deskripsi Materi
A. Menemukan Pokok-Pokok Berita Radio/Televisi
Kemampuan mendengarkan berita merupakan kemampuan yang penting pada era informasi ini. Untuk itu, pada bagian ini kamu akan berlatih menyimpulkan isi berita dan memahami ciri penyiar dalam membacakan berita!

Aktivitas pembelajaran yang harus kamu lakukan untuk menguasai kompetensi menemukan pokok-pokok berita dari siaran berita radio atau televisi adalah (1) mencatat rincian isi berita yang didengar/ditonton dan (2) mencatat inti informasi dari berita yang didengar/ditonton.

1. Mendengarkan Berita
Materi dalam pembelajaran keterampilan mendengarkan berita pada dasarnya teknik mendengarkan dengan menyimak secara alami. Hanya saja dalam pembelajaran ini menekankan pada aspek-aspek yang harus diperhatikan ketika seseorang mendengarkan berita. Sama halnya dengan materi pembelajaran berita, materi pokok dalam pembelajaran keterampilan mendengarkan berita ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi inti dalam sebuah berita. Inti dalam sebuah berita ada pokok informasi (isi berita) yang disampaikan. 
Berita adalah laporan tentang suatu peristiwa atau kejadian. Biasanya peristiwa yang dilaporkan adalah sesuatu yang luar biasa dan menarik perhatian banyak orang. Satu media dengan media yang lain, sering melaporkan peristiwa yang sama. Berarti isi berita juga sama. Namun, cara penyajian kedua media tersebut sering berbeda. Seperti kita ketahui bahwa pokok-pokok (sering disebut unsur-unsur berita) meliputi 5W (what = apa, who = siapa, where = di mana, when = kapan, dan why = mengapa ) + 1H (how =  bagaimana).
Pada dasarnya teks berita disusun dengan alur piramida terbalik. Itu artinya berita disajikan dengan cara mendahulukan hal yang terpenting. Yang dianggap paling penting dan menarik disajikan pada awal dan dijadikan teras berita. Bagian-bagian berikutnya adalah penjelasan atas informasi utama yang disajikan. Hal inilah yang menjadikan perbedaan penyajian dalam teks berita. Masing-masing penulis berita (wartawan) tidak sama pendapatnya tentang pentingnya suatu hal. 



2. Mencatat Rincian Isi Berita yang Didengar/Ditonton

Dengarkanlah video siaran berita televise yang sudah diunduh dan sudah tersedia di halaman weblog dengan cermat. Pada halaman weblog berikut telah disediakan beberapa video siaran berita dengan topik yang berbeda-beda. Sambil mendengarkan/menonton, catatlah isi berita dengan teknik catat bersusun berikut! Hal-hal penting meliputi pokok-pokok berita, yakni: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana (adik simba).

Isi berita adalah materi yang disampaikan dalam sebuah berita. Untuk mempermudah dalam memahami isi berita. Untuk mengetahui isi berita, dapat menggunakan kata tanya. Kata yang dimaksud adalah; apa, siapa, di mana. kapan, mengapa, dan bagaimana. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan rumusan 5 W + 1 H; what, who, where, when, why, dan how. Dalam bahasa Indonesia biasa disingkat dengan istilah "adiksimba" (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana). Berikut penjelasan singkat tentang isi berita:
  1. Apa            : digunakan untuk menanyakan peristiwa.
  2. Siapa          : digunakan untuk menanyakan orang yang terlibat
  3. Di mana      : digunakan untuk menanyakan tempat kejadian
  4. Kapan         : digunakan untuk menanyakan waktu kejadian
  5. Mengapa     : digunakan untuk menanyakan sebab terjadinya peristiwa
  6. Bagaimana  : digunakan untuk menanyakan jumlah, proses, akibat dsb.  
video
Video 1. MER-C Membangun Rumah Sakit di Gaza Palestina


Evaluasi
1. Dengarkan video siaran berita yang tersedia pada halaman blog berikut! 
2. Tentukan unsur-unsur pokok berita yang terdapat pada video siaran berita berikut! 
3. Tentukan inti berita video siaran berita yang sudah kalian dengarkan tersebut!

 sumber
Posted by ManeIcon On 09.11 READ FULL POST

Senin, 26 November 2012



Seorang gadis kecil membaca berita melalui surat kabar (koran) yang diantarkan kerumahnya tentang pendaratan di bulan pada tahun 1969

Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.

Daftar isi

Pengertian Pers menurut para ahli

  • Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
  1. Pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis
  2. Pers dalam arti luas, yaitu memasukkan di dalamnya semua media mass communications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan lisan.
Pers berarti:
  1. alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar
  2. alat untuk menjepit atau memadatkan
  3. surat kabar dan majalah yang berisi berita
  4. orang yang bekerja di bidang persurat kabaran.
Pers adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.[1]
Dalam bukunya Four Theories of the Press yang ditulis oleh Wilbur Schramm dkk mengemukakan 4 teori terbesar pers, yaitu the authotarian, the libertarian, the social responsibility dan the soviet communist theory. Keempat teori tersebut mengacu pada satu pengertian pers sebagai pengamat, guru, dan forum yang menyampaikan pandangannya tentang banyak hal yang mengemuka ditengah tengah mesyarakat.[1]

Dalam bukunya Understanding Media terbitan tahun 1996 mengenai pers sebagai the extended man, yaitu yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain dan peristiwa satu dengan peristiwa lain pada moment yang bersamaan.[1]
Menurut Bapak Pers Nasional, pers adalah yang membentuk pendapat umum melalui tulisan dalam surat kabar. Pendapatnya ini yang mampu membakar semangat para pejuang dalam memperjuangkan hak hak Bangsa Indonesia masa penjajahan Belanda.[1]

Sejarah Pers Di Indonesia

  • Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan “Memories der Nouvelles”, yang ditulis dengan tangan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia ialah suatu penerbitan pemerintah VOC. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia dari negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian antara Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian terbitlah surat kabar yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih berbentuk koran iklan.
  • Masa Pendudukan Jepang

Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, di zaman pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
  • Masa Revolusi Fisik

Peranan yang telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat proklamasi kemerdekaan dicetuskan, dengan sendirinya sejalan dengan perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari para wartawan yang langsung turut serta dalam usaha-usaha proklamasi. Semboyan “Sekali Merdeka Tetap Merdeka” menjadi pegangan teguh bagi para wartawan. Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa dinamakan periode “revolusi fisik”, membawa coraknya tersendiri dalam sifat dan fungsi pers kita. Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu pertama, pers yang terbit dan diusahakan di daerah yang dikuasai oleh pendudukan sekutu, kemudian Belanda, dan kedua pers yang terbit diusahakan di daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut bergerilya.
  • Masa Demokrasi Liberal

Dalam aksi-aksi ini peranan yang telah dilakukan oleh pers republik sangat besar. Republik Indonesia Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat akhirnya bubar dengan terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950. Pada masa ini untuk memperoleh pengaruh dan dukungan pendapat umum, pers kita yang pada umumnya mewakili aliran-aliran politik yang saling bertentangan, menyalahgunakan kebebasan pers (freedom of the press), yang kadang-kadang melampaui batas-batas kesopanan.
  • Masa Demokrasi Terpimpin

Periode yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin sering disebut sebagai zaman Orde Lama. Periode ini terjadi saat terbentuknya Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga meletusnya Gerakan 30 September 1965.
  • Masa Orde Baru

Ketika alam Orde Baru ditandai dengan kegiatan pembangunan di segala bidang, kehidupan pers kita pun mengalami perubahan dengan sendirinya karena pers mencerminkan situasi dan kondisi dari kehidupan masyarakat di mana pers itu bergerak. Pers sebagai sarana penerangan/komunikasi merupakan salah satu alat yang vital dalam proses pembangunan. Pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan pers mengalami kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat. Terjadinya pembredelan pers pada masa-masa ini menjadi penghalang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak asasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
  • Masa Reformasi

Salah satu jasa pemerintahan B.J. Habibie pasca Orde Baru yang harus disyukuri ialah pers yang bebas. Pemerintahan Presiden Habibie mempunyai andil besar dalam melepaskan kebebasan pers, sekalipun barangkali kebebasan pers ikut merugikan posisinya sebagai presiden.

Perkembangan Pers Di Indonesia

  • Perkembangan pers di Indonesia berawal pada penerbitan surat kabar pertama, yaitu Bataviasche Novelles en Politique Raisonemnetan yang terbit 7 Agustus 1774.
  • Kemudian muncul beberapa surat kabar berbahasa Melayu, antara lain Slompet Melajoe, Bintang Soerabaja (1861), dan Medan Prijaji (1907).
  • Majalah tertua ialah Panji Islam (1912-an)
  • Surat kabar terbitan peranakan Tionghoa pertama kali muncul adalah Li Po (1901), kemudian Sin Po (1910).
  • Surat kabar pertama di Indonesia yang menyiarkan teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah surat kabar Soeara Asia.
  • Sesudah itu, surat kabar nasional yang memuat teks proklamasi adalah surat kabar Tjahaja (Bandung), Asia Raja (Jakarta), dan Asia Baroe (Semarang).
  • Corak kehidupan politik, ideologi, kebudayaan, tingkat kemajuan suatu bangsa sangat mempengaruhi sistem pers di suatu negara.
Secara umum, di seluruh dunia terdapat pola kebijakan pemerintah terhadap pers yang otoriter dan demokratis. Diantara keduanya terdapat variasi dan kombinasi, bergantung tingkat perkembangan masing-masing negara. Ada yang quasi otoriter, ada yang quasi demokratis, dan sebagainya.

Jenis-jenis media massa

  • Media massa tradisional

Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa. Secara tradisional media massa digolongkan sebagai berikut: surat kabar, majalah, radio, televisi, film (layar lebar). Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti:
  1. Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan
  2. Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu.
  3. Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima.
  4. Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit.
hai hai
  • Media massa modern

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon selular. Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti:
  1. Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui SMS atau internet misalnya)
  2. Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual
  3. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu
  4. Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam
  5. Penerima yang menentukan waktu interaksi

Fungsi Pers

Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, fungsi pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Sementara itu Pasal 6 UU Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut ;
  • Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui menegakkan nilai nilai dasar demokrasi dan mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia. Selain itu pers juga harus menghormati kebinekaan mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benr melakukan pengawasan. [2]
  • Sebagai pelaku Media Informasi
Pers itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi.
  • Fungsi Pendidikan
Pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.
  • Fungsi Hiburan
Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.
  • Fungsi Kontrol Sosial
Fungsi ini terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
  1. Social participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan)
  2. Social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat)
  3. Social support (dukungan rakyat terhadap pemerintah)
  4. Social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah)
  • Sebagai Lembaga Ekonomi
Pers adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pers dapat memamfaatkan keadaan di sekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil prodduksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.

Pengaruh media massa pada budaya

Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari:
  1. skala kecil (individu) dan luas (masyarakat)
  2. kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi.
Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu :
  1. Siapa (who)
  2. Pesannya apa (says what)
  3. Saluran yang digunakan (in what channel)
  4. Kepada siapa (to whom)
  5. Apa dampaknya (with what effect)
Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.
  • Fungsi-fungsi media massa pada budaya

  1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan.
  2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah.
  3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan.
  4. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).
  • Pengaruh media massa pada pribadi

Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari [3]
  • Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.
  • Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut.
  • Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. Mungkin saat kita menyisir rambut kita dengan cara tertentu kita melihat diri kita mirip "gaya rambut lupus", atau menggunakan kacamata a'la "Catatan si Boy".
  • Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.
Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain.

Kebebasan Pers di Indonesia

Dengan adanya kebebasan media massa maka akhirnya mengalami pergeseran ke arah liberal pada beberapa tahun belakangan ini. Ini merupakan kebebasan pers yang terdiri dari dua jenis : Kebebasan Negatif dan Kebebasan Positif.
  • Kebebasan negatif merupakan kebebasan yang berkaitan dnegan masyarakat dimana media massa itu hidup. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dari interfensi pihak luar organisasi media massa yang berusaha mengendalikan, membatasi atau mengarahkan media massa tersebut.
  • Kebebasan positif merupakan kebebasan yang dimiliki media massa secara organisasi dalam menentukan isi media. Hal ini berkaitan dengan pengendalian yang dijalankan oleh pemilik media dan manajer media terhadap para produser, penyunting serta kontrol yang dikenakan oleh para penyunting terhadap karyawannya. [4]
Kedua jenis kebebasan tersebut, bila melihat kondisi media massa Indonesia saat ini pada dasarnya bisa dikatakan telah diperoleh oleh media massa kita. Memang kebebasan yang diperoleh pada kenyataannya tidak bersifat mutlak, dalam arti media massa memiliki kebebasan positif dan kebebasan negatif yang kadarnya kadang-kadang tinggi atau bisa dikatakan bebas yang bebas-sebebasnya tanpa kontrol sedikitpun.

Hubungan antara Pers dan Jurnalistik

Pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan, dan penerangan. Artinya adalah bahwa antara pers dan jurnalistik mempunyai hubungan yang erat. Pers sebagai media komunikasi massa tidak akan berguna apabila sajiannya jauh dari prinsip-prinsip jurnalistik. Sebaliknya karya jurnalistik tidak akan bermanfaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai medianya, bahkan boleh dikatakan bahwa pers adalah media khusus untuk digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik kepada khalayak (Kustadi Suhandang, 2004:40).

Referensi

  1. ^ a b c d "Menurut para ahli". http://www.anneahira.com/pengertian-pers-menurut-para-ahli.htm. Diakses pada 11 April 2012. 
  2. ^ http://www.scribd.com/kinjat/d/25964065-Fungsi-Dan-Peranan-Pers
  3. ^ (Inggris) Gamble, Teri and Michael. Communication works. Seventh edition.
  4. ^ Abdullah, Irwan, 2001, Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan, Tarawang Press, Yogyakarta
Posted by ManeIcon On 20.17 READ FULL POST
Esai Test:
  1. Apa yang Anda ketahui mengenai pengertian Pers ? Pers di kenla dalam arti sempit dan arti luas , jelaskan masing-masing pengertian tersebut !
  2. Aspek kompetensi wartawan terdiri dari aspek kesadaran , aspek pengetahuan dan aspek keterampilan. Khusus mengenai aspek keterampilan , apa saja kompetensi yang hatus di punyai wartawan? Jelaskan secara singkat. 
  3. Siebrt dkk menulis buku yang sangat terkenal yaitu Press Four Theories Of The Press (4 Teori Tentang Pers). Sebutkan 4 teori tersebut dan jelaskan dengan singkat. 
  4. Dalam organisasi perusahaan pers di kenal unit redaksi dan unit usaha. Jelaskan secarsa singkat , bagian apa saja yang ada di unit redaksi dan unit usaha. 
  5. Kode etik jurnalistik mengenai istilah Embargo dan Off The Record. Jelaskan persamaan dan perbedaan dari masing-masing istilah tersebut.

Posted by ManeIcon On 19.39 READ FULL POST

Selasa, 20 November 2012




Deskripsi adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri [1]
Dalam keilmuan, deskripsi diperlukan agar peneliti tidak melupakan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat dibandingkan dengan pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan kontrol terhadap deskripsi tersebut. Pada umumnya deskripsi menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu kelihatannya, bagaimana bunyinya, bagaimana rasanya, dan sebagainya. Deskripsi yang detail diciptakan dan dipakai dalam disiplin ilmu sebagai istilah teknik.
Saat data yang dikumpulkan, deskripsi, analisis dan kesimpulannya lebih disajikan dalam angka-angka maka hal ini dinamakan penelitian kuantitatif. Sebaliknya, apabila data, deskripsi, dan analisis kesimpulannya disajikan dalam uraian kata-kata maka dinamakan penelitian kualitatif[2] .
tulisan deskripsi adalah tulisan yang bertujuan untuk menjelaskan sebuag objek secara terperinci tanpa adanya pengaruh pendapat pendapat pengarang di dalam deskripsi tsb (andy the gunnerz)

Catatan kaki

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.9
  2. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.10
Posted by ManeIcon On 08.46 READ FULL POST

Senin, 19 November 2012


Penulisan makalah standar dapat terbagi menjadi dua jenis, yaitu format makalah biasa dan format skripsi mini.
Pada perkuliahan, format penulisan yang baik biasanya menggunakan kertas ukuran A4, spasi 1,5, jenis huruf Times New Roman, dan paragraf tipe justify. Nomor halaman biasanya diletakkan di kanan bawah kertas. Namun, ada juga penulisan nomor halaman di tengah. Hal ini tergantung pula oleh kebijakan masing-masing pengajar. Untuk ukuran margin juga disesuaikan tergantung kebijakan masing-masing pengajar.
Kedua format penulisan makalah kuliah terbagi dua dan dapat dilihat dalam uraian berikut.

Format Makalah Biasa

Semua bagian (bab) ditulis menjadi satu dalam format penulisan jenis ini. Maksudnya, apabila bab dua masih ada dalam halaman yang sama dengan bab satu, penulisannya tidak boleh dipisah dengan bab satu atau dengan kata lain masih ada di halaman yang sama. Bagian-bagian penting dari format seperti ini yaitu:
  • Judul Makalah
Judul biasanya ditulis dengan format paragraf tipe center, dicetak tebal, ukuran font 14 atau 12.
  • Pendahuluan
Bagian ini merupakan pengantar dari isi makalah. Diawali dengan bahasan yang umum lalu semakin menyempit menuju topik utama makalah.
  • Isi
Bagian ini merupakan bagian terpenting karena merupakan bahasan atau analisis masalah. Isi dapat dibagi menjadi beberapa subbab dan bab baru. Maksudnya, apabila analisis masalah terdiri daribeberapa bahasan, bab baru dapat dibuat. Bagian tersebut tetap disebut isi.
  • Penutup
Bagian terakhir ini merupakan kesimpulan dari analisis masalah. Penutup atau kesimpulan tidak boleh diuraikan terlalu panjang. Isinya juga tidak boleh terdiri dari contoh, karena contoh seharusnyaditulis dalam bagian isi. Selain itu, penutup atau kesimpulan tidak boleh mengandung isi yang membutuhkan penjelasan lagi. Dengan demikian, isi dari penutup atau kesimpulan harus benar-benar bisa menjawab pertanyaan dan hasil analisis masalah.
  • Daftar Pustaka
Jangan lupa untuk mencantumkan data dan sumber pustaka yang diambil dan digunakan dalam makalah. Masalah copy paste sebenarnya sepele, tapi hukumannya sangat berat, apalagi dalam dunia perkuliahan. Bagian ini tidak perlu diberi nomor bab, hanya ditulis dengan judul Daftar Pustaka.

Format Makalah Skripsi Mini

Seperti namanya, format makalah seperti ini menyerupai format penulisan skripsi. Disebut skripsi mini karena jumlah halamannya tidak sebanyak skripsi. Sebenarnya, bagian-bagiannya sama dengan format makalah biasa (judul makalah, pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka), tapi setiap bagian ditulis pada halaman yang terpisah.
Apabila bab satu (pendahuluan) sudah selesai tapi masih ada halaman tersisa, bab dua (isi) harus ditulis pada halaman berikutnya, begitu seterusnya pada bab-bab berikutnya. Untuk penulisan judul, pada format ini, judul ditulis pada halaman awal atau biasa disebut sampul depan (cover).

Contoh Makalah dengan Format Skripsi Mini

Berikut adalah contoh pembuatan BAB I skripsi mini yang membahas tentang ilmu perbandingan bahasa.

BAB I

1.1    Latar Belakang     
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Dengan bahasa kita bisa mengungkapkan segala hal yang kita pikirkan. Dengan bahasa pula nenek moyang kita menurunkan kebudayaannya kepada kita, anak cucunya. Bahkan, pendidikan dan segala macam disiplin ilmu dapat tersampaikan dengan efektif melalui bahasa.
Bahasa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia merupakan tanda yang jelas dari kepribadian, yang baik maupun yang buruk; tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa; tanda yang jelas dari budi kemanusiaan. Dari pembicaraan seseorang saja kita dapat menangkap tidak saja keinginanannya, tetapi juga motif keinginannya, latar belakang pendidikannya, pergaulannya, adat istiadatnya, dan lain sebagainya.   
Selain bahasa, budaya merupakan satu ciri dari kepribadian bangsa. Bahasa sebagai dasar budaya juga merupakan bagian dari budaya itu sendiri. Budaya berkembang karena bahasa, bahasa berkembang juga karena budaya. Keduanya saling berhubungan satu sama lain.
Dalam hal ini kami menginsyafi sebuah desa budaya tentu sarat dengan bahasa. Di samping itu, sebuah desa budaya juga ternyata sarat dengan sastra. Maka dari itu, bahasa, sastra, dan budaya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Selain hal yang kami utarakan di atas, bahasa juga dipakai sebagai salah satu alat yang digunakan untuk ilmu pengetahuan. Dengan bahasa, manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat disampaikan kepada khalayak umum.
Begitu pun dengan semua tempat yang kami kunjungi pada kuliah kerja lapangan kali ini, semuanya berkaitan erat dengan bahasa. Bagaimana bahasa menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang penting untuk disampaikan.

1.2    Masalah Penelitian

Masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah mengenai gejala kebahasaan yang terdapat di Desa Paas, baik yang dihasilkan secara turun temurun dari penduduk asli Desa pameungpeuk maupun yang dibawa dari luar Desa Pameungpeuk.

1.3. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, kami mengidentifikasikan masalah yang kami bahas sebagai berikut.
  1. Keadaan geografis dan kultur Desa Paas,
  2. Situasi kebahasaan yang terdapat di Desa Paas,
  3. Foklor yang terdapat di Desa Paas sebagai bagian dari faktor yang memengaruhi situasi kebahasaan di desa tersebut.
1.4. Tujuan Penelitian     
Atas dasar permasalahan di atas, tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah:
  1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan kondisi fisik, sistem pemerintahan, dan kependudukan, serta mengetahui sedikitnya sejarah singkat mengapa desa yang kami teliti disebut Desa Paas,
  2. Mahasiswa mengetahui apa saja faktor yang memengaruhi situasi kebahasaan di daerah tersebut,
  3. Mahasiswa mengetahui perbedaan dan persamaan situasi kebahasaan di daerah tersebut dengan situasi kebahasaan di daerah lain yang sekerabat.
1.5. Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode mengumpulkan data secara langsung di lapangan. Metode ini sangat efektif digunakan dengan pertimbangan agar data yang diperoleh di lokasi penelitian dilaporkan apa adanya, kemudian data yang diperoleh tersebut dapat diteliti dan dipelajari lebih lanjut. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara kepada pengurus Desa, dan penduduk Desa Paas.

1.5.1.  Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan melakukan wawancara dan perekaman secara langsung terhadap narasumber. Kami menggunakan daftar tanyaan sebagai sumber utama. Selain itu, kami menggunakan sumber lain yang berasal dari data yang berkenaan dengan daerah setempat.
1.5.2. Metode dan Analisis Data
Metode dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif, yakni membandingkan  bahasa Sunda Desa Paas secara fonemis dengan bahasa Sunda kamus, dengan perincian sebagai berikut.
  1. Data diperoleh melalui hasil wawancara langsung terhadap narasumber.
  2. Data yang telah terkumpul dipisahkan menurut klasifikasi yang telah ditentukan.
  3. Data yang telah diklasifikasikan tersebut kemudian dianalisis secara struktur dan disusun menjadi sebuah laporan.
1.6. Sumber Data
Sumber data yang kami peroleh yaitu berasal dari :
  1. Kantor Desa Paas;
  2. Wawancara yang dilakukan terhadap penduduk dan pegawai pemerintahan Desa Paas;
  3. Diskusi dengan pihak-pihak yang berkompeten di bidangnya.
BAB II Pembahasan mengenai Desa tersebut beserta hasil korespondensi mengenai bahasa yang digunakan oleh penduduk setempat.
BAB III merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran mengenai apa yang telah dibahas pada BAB II.

sumber 
Posted by ManeIcon On 00.59 READ FULL POST

Setiap kali sebuah kegiatan selesai dilaksanakan, maka laporan kegiatan merupakan kewajiban pelaksana kegiatan. Untuk mempermudah penyusunan laporan, maka perlu diterapkan metode penulisan laporan, yaitu hal-hal yang perlu dilakukan dalam penyusunan laporan.
Metode penulisan laporan ini sangat penting agar di dalam proses penyusunannya kita tidak mengalami kesulitan. Dengan metode ini, maka penyusun laporan tidak mengalami kesulitan saat harus bekerja. Hal ini karena laporan adalah hal penting yang dapat menjadi sebuah pertimbangan khusus bagi pimpinan untuk kebijakan di masa depan.
Jika pimpinan mempelajari laporan kegiatan, maka dia dapat mengambil kesimpulan yang berlanjut pada penetapan kebijakan untuk kegiatan tersebut.
Selain, metode penulisan laporan, hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah persyaratan laporan, khususnya laporan manajemen. Syarat laporan ini pun dapat mempermudah penyusun laporan untuk melakukan tugasnya. Bahwa syarat laporan juga merupakan salah satu bagian dari metode penulisan laporan sehingga harus dipahami oleh penyusun laporan.

Syarat-Syarat Laporan Managemen

Untuk dapat membuat laporan yang baik dan benar, maka seorang penyusun laporan harus memperhatikan hal-hal berikut, yaitu:
  • Kecermatan(Accuracy)

    Bahwa laporan yang disusun harus memberikan gambaran secara cermat segala hal yang dilaporkan. Penyusun laporan harus cermat dalam melaporkan segala aspek yang ada dalam kegiatan. Hal ini karena isi laporan merupakan dasar pimpinan untuk menentukan kebijakan yang harus diambil untuk masa depan.
  • Ketepatan Waktu (Timeliness)

    Bahwa pelaporan harus tepat waktu. Ketika kegiatan kerja sudah selesai dilakukan, maka laporan harus segera dibuat dan diajukan ke pimpinan sebagai pertanggungjawaban professional. Jika laporan yang disusun dilaporkan secara tepat waktu, maka pimpinan dapat segera menindaklanjuti kondisi yang terjadi selama kegiatan kerja.
  • Kemadaian (Adequacy)

    Isi laporan seharusnya memuat segala data dan informasi yang dilaporkan. Artinya laporan yang disusun haruslah menyeluruh untuk setiap aspek kegiatan.
  • Kesederhanaan (Simplicity)

    Laporan harus dibuat sederhana, tidak rumit sehingga semua pihak, khususnya pimpinan dapat segera memahami segala hal yang dilaporkan. Kesederhanaan ini meliputi aspek bahasa dan susunan pelaporan.
  • Kejelasan (Clarity)

    Laporan harus disusun dengan bahasa yang jelas, penyajian yang tepat sehingga pimpinan tidak susah saat membaca laporan tersebut dan segera dapat mengambil langkah jika memang ada yang perlu ditindaklanjuti dari laporan tersebut.
Begitu pentingnya syarat laporan bagi kita sehingga jika kita memahaminya, maka penulisan laporan menjadi sangat mudah. Kita tidak perlu repot-repot melaksanakan kegiatan tersebut. Hal ini karena syarat penulisan sudah memberikan acuan bagi kita segala aspek yang harus kita lakukan. Kita tidak mengalami kebingungan lagi.
Sementara untuk dapat menyusun laporan secara baik, setidaknya kita dapat melakukan dengan metode penulisan laporan yang kita kuasai. Kita tidak perlu repot-repot menerapkan metode yang njlimet sebab tujuan penulisan laporan yang sesuai dengan syarat laporan tadi.
Untuk hal tersebut, maka kita dapat menyusun laporan dengan metode:
  • Pelaporan menyeluruh sie kegiatan

    Pada pelaporan ini, sie kegiatan secara menyeluruh mengerjakan penyusunan laporan dari awal hingga akhir. Pada metode ini, penyusunan dilakukan secara borongan oleh sie kegiatan.
  • Pelaporan masing-masing unit kerja

    Pada pelaporan metode ini, sie kegiatan memberikan tanggung jawab pelaporan kepada masing-masing unit kerja. Sie kegiatan melaporkan kegiatan berdasarkan laporan yang disusun oleh masing-masing unit kerja. Dengan demikian, maka penyusun laporan  hanya mengantarkan laporan unit kerja ke pimpinan.
  • Penggabungan laporan per unit kerja

    Pada pelaporan ini, penyusun hanya membuatkan rekapitulasi laporan dari setiap unit kerja dan menyertakan setiap laporan unit kerja dalam laporan rekapitulasi tersebut. Dengan demikian, maka tugas penyusun laporan kegiatan tidak susah melakukan tugas dan kewajibannya.
Dengan memperhatikan penjelasan yang ada, setidaknya kita dapat memilih, metode penulisan laporan yang mana yang hendak kita terapkan pada setiap kegiatan organisasi atau perusahaan kita. Setidaknya, kita sudah mengetahui sebab kita yang mengetahui kondisi perusahaan atau organisasi kita. Selamat bekerjaa!

sumber 
Posted by ManeIcon On 00.56 READ FULL POST

Makalah Seperti Apa?
Membuat makalah memang gampang-gampang susah. Namun, seblum kita menemukan teknik yang tepat untuk membuat sebuah makalah, ada baiknya jika kita juga mengetahui terlebih dahulu apa itu makalah. Makalah merupakan sebuah karya tulis yang paling sering digunakan untuk menunjukkan adanya kegiatan dalam bidang penulisan.
Ada jenis makalah yang dipergunakan sebagai bentuk laporan keorganisasian atau kegiatan penelitian, ada juga makalah yang ditujukan sebagai bentuk rencana penelitian atau kegiatan tertentu. Dengan kata lain, makalah memiliki dua fungsi yang berbeda, yakni sebagai hasil laporan kegiatan dan laporan rencana kegiatan.
Oleh karena itu, sebelum membuat sebuah makalah, tentukan dulu termasuk ke dalam makalah jenis apakah makalah yang akan dibuat tersebut sehingga teknik penulisannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, jika makalah yang ditulis bertujuan untuk memberikan laporan hasil kegiatan atau penelitian, maka hal apa saja yang harus dimasukkan ke dalam makalah tersebut.
Sementara itu, jika makalah yang hendak dibuat merupakan sebuah rencana kegiatan, maka ada beberapa hal yang mungkin perlu dituliskan di dalam makalah agar tujuan penulisan makalah menjadi lebih jelas dan terperinci.
Untuk lebih jelasnya lagi, langsung saja kita simak penjelasan mengenai dua jenis makalah berdasarkan tujuan pembuatannya.

Contoh Penulisan Makalah Secara Umum

Teknik dan format penulisan makalah pada dasarnya sama. Semua diawali dengan judul, lalu pendahuluan, isi, penutup, referensi, lampiran. Apa yang membedakan satu makalah dengan makalah lainnya, tentunya adalah isinya. Tebal tipisnya sebuah makalah, bergantung pada apa yang akan disampaikan.
Sebelumnya, tentukan dulu tujuan penulisan makalah tersebut. Apakah makalah itu dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu (expositori), menggambarkan sesuatu (deskriptif), menceritakan sesuatu (naratif), atau mempertahankan dan membujuk pembaca untuk menyetujui suatu konsep (argumentatif). Berikut ini adalah contoh penulisan makalah dari awal penulisan secara umum.
  • Tujuan
Misalnya: menggambarkan bagaimana efek konsep ragam bahasa Inggris terhadap tata cara berkomunikasi dengan orang dari negara lain
  • Judul
Misalnya: Efek Ragam Bahasa Inggris dalam Tata Cara Berkomunikasi dengan Orang-Orang dari Negara Lain
  • Pendahuluan
  1. Berisi latar belakang penulisan (background)
  2. Teori pendukung
  3. pendapat para ahli (bila ada)
  4. Thesis statement (pernyataan ide utama dari makalah)
Misalnya:
     Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional sudah sangat luas. Tapi bila diperhatikan dengan seksama, jumlah penutur asli (native speakers) jauh lebih sedikit dibandingkan dengan para penutur asing. Para penutur asing (non-native speakers) bisa datang dari negara-negara seperti Cina, India, Indonesia, Singapura, Malaysia, negara-negara Afrika, dan lain-lain.
     Para penutur asing itu menggunakan bahasa Inggris dengan pengaruh dari bahasa ibu mereka. Orang Cina berbahasa Inggris dengan aksen Cina (Chinglish). Orang Singapura menggunakan bahasa Inggris dengan pengaruh bahasa Melayu (Singlish). Orang Indonesia masih lumayan. Aksen bahasa Inggris orang Indonesia cukup bagus. Ragam bahasa Inggris itu dikenal dengan istilah ‘World English’ (the Routledge Companion to sociolinguistics, 2007, hal. 234).
     Apa efek ragam bahasa Inggris dalam tata cara berkomunikasi dengan orang-orang dari negara lain? Apakah orang dengan aksen yang begitu berbeda tersebut bisa dikatakan bahwa mereka pengguna bahasa Inggris kelas dua? Bagaimanakah sikap kita terhadap beragamnya aksen dan cara pengucapan dalam bahasa Inggris? Apa yang harus diajarkan oleh guru bahasa Inggris di kelas? Adakah standar baku pengucapan dan aksen dalam bahasa Inggris?
  • Isi
Isi adalah penjabaran dari ide utama. Isi bisa dibagi menjadi beberapa. Setiap bagian dimaksudkan untuk menjawab satu pertanyaan.
Misalnya:
A. Efek Ragam Bahasa Inggris dalam Tata Cara Berkomunikasi dengan Orang-Orang dari Negara Lain.
    Apa yang harus dilakukan bila di forum internasional bertemu dengan orang-orang dari negara lain yang menggunakan bahasa Inggris?
  1. Pengertian
  2. Berusaha memahami maksud pembicaraannya
  3. Tidak mengejek aksennya. Andy Kirkpatrick mengatakan bahwa jika kita memandang rendah aksen yang dipakai oleh orang lain, itu berarti kita telah berbuat sesuatu yang tidak pantas dalam dunia linguistik.
  4. Lebih banyaknya berusaha untuk lebih tahu tentang topik pembicaran sehingga aksen yang dipakai oleh orang lain tidak menjadi penghalang
  • Penutup
Bagian penutup biasanya mengulangi bahasan inti dari makalah.
Misalnya :
     Beragamnya bahasa Inggris yang dipakai oleh orang-orang dari negara lain, bukanlah suatu penghalang untuk tetap bisa berkomunikasi dengan baik. Pengertian, adalah satu satu sifat yang harus dimiliki bagi siapa saja yang akan berkomunikasi dengan orang-orang dari negara lain dalam bahasa Inggris.
     Selain itu, aksen yang dipakai bukanlah sesuatu yang harus dianggap sebagai pembatas dan menganggap bahwa penutur bahasa Inggris tersebut dikelompokan pada penutur bahasa Inggris kelas dua.

Contoh Penulisan Makalah Rencana Kegiatan

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pemilihan tujuan pembuatan makalah merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Pada subbab kali ini, kita akan berbicara mengenai teknik pembuatan makalah dengan tujuan memberikan laporan mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan, baik kegiatan yang bersangkutan dengan bidang keorganisasian maupun kegiatan yang bersangkutan dengan bidang akademis atau penelitian.
Rencana yang akan dicontohkan kali ini adalah rencana kegiatan penelitian. Misalnya saja, penelitian mengenai karya sastra yang akan dijadikan bahan penelitian pada tingkat penulisan selanjutnya. Dengan objek kajian sastra, kita bisa membuat latar belakang yang tentu saja isinya memuat beragam hal yang berhubungan dengan latar belakang kegiatan penelitian, alasan mengapa objek penelitian tersebut dipilih oleh penulis makalah, tujuan umum penelitian yang akan dilakukan, serta metode yang akan digunakan dalam penelitian tersebut.
Berikut adalah rincian Bab I yang bisa dijadikan contoh dalam penulisan makalah rencana kegiatan penelitian.
  • Latar belakang, yakni subbab yang berisi semua hal mengenai landasan, alasan, dan tujuan umum dari rencana kegiatan penelitian.
  • Rumusan masalah, yakni permasalahan yang hendak diselesaikan dengan mengkaji objek penelitian.
  • Tujuan penelitian, yakni tujuan utama yang terdiri atas poin-poin yang dapat dimengerti secara detail dan berkorelasi dengan rumusan penelitian.
  • Metode penelitian, yakni teori dan cara yang digunakan untuk bisa mengkaji objek penelitian yang dipilih oleh penulis.
  • Waktu dan Tempat kegiatan penelitian akan dilakukan (apabila penelitian dilakukan di luar lapangan).
Setelah itu, barulah semua hal tersebut diperinci dan diperjelas secara faktual dan teoretis dengan menggunakan referensi yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penulis dan pembaca. Rincian dan penjelasan tersebut akan dibahas pada bagian pembahasan yang masing-masing elemn penelitian dijelaskan secara khusus.
Terakhir, barulah dibuat simpulan yang merupakan ringkasan seluruh rencana kegiatan penelitian yang akan dilakukan dengan berbagai saran dan kritik yang hendak disampaikan kepada pembaca makalah.

Contoh Penulisan Makalah Laporan Hasil Kegiatan

Contoh makalah yang kedua adalah makalah laporan hasil kegiatan, yakni makalah yang di dalamnya menerangkan secara rinci kegiatan yang sudah dilakukan berdasarkan tujuan yang memang telah dideskripsikan sebelumnya. Makalah seperti ini biasanya lebih ditujukan kepada bagaimana seorang penulis menerangkan bentuk kegiatan yang sudah dilakukan dengan hasil yang relevan.
Misalnya saja, pada kegiatan penelitian kebudayaan di suatu desa, maka hal-hal yang harus dituliskan dalam pendahuluan meliputi hal-hal berikut ini.
  • Latar belakang.
  • Tujuan penelitian.
  • Waktu dan tempat kegiatan penelitian.
  • Kegiatan yang sudah dilakukan.
  • Pencapaian tujuan kegiatan penelitian secara umum.
Lantas pada Bab II, bukan metode dan teori yang dituliskan pada makalah jenis ini, melainkan pembahasan mengenai kegiatan penelitian yang telah dilakukan secara jelas dan terperinci sehingga pencapaian tujuan penelitian dapat dilihat dan diinterpretasikan sendiri oleh pembaca.
Terakhir, tentu saja simpulan yang berupa saran dan kritik serta ringkasan dari hasil kegiatan penelitian yang disampaikan.

 sumber
Posted by ManeIcon On 00.16 READ FULL POST

Apa yang pertama dilihat ketika kita membaca sebuah tulisan? Ya, judulnya. Mengapa judul terlebih dahulu? Karena judul merupakan jendela dari sebuah tulisan atau karya ilmiah. Sebegitu pentingnya judul, sehingga menjadi hal pertama yang dilihat oleh pembaca. Demikian pula dalam judul penelitian kualitatif atau judul bacaan lain. Judul harus menarik minat pembaca.
Judul merupakan bagian yang penting dalam badan tulisan. Jika tidak ada judul, orang tidak akan tahu mengenai apa tulisan itu dibuat. Judul juga berfungsi sebagai penanda dari apa yang akan kita baca. Terkadang untuk mencari referensi tulisan, atau ketika membaca koran kita melihat judulnya terlebih dahulu. Bila judulnya menarik, maka dengan segera akan kita baca, namun bila judulnya kurang menarik, jangankan untuk membaca lebih jauh, melihat ringkasannya saja kita sudah males.
Jadi jika Anda ingin tulisan atau karya ilmiah Anda disukai banyak pembaca, buatlah judul yang semenarik mungkin. Judul diupayakan mewakili isi tulisan, memuat tema utama, di samping juga dikaitkan dengan fenomena yang terjadi saat ini. Demikian juga halnya dengan judul penelitian kualitatif.
Menentukan judul penelitian kualitatif gampang-gampang susah. Mengingat tradisi penelitian kualitatif yang masih terbilang baru bila dibandingkan dengan tradisi penelitian kuantitatif. Judul penelitian kualitatif mementingkan aspek konsep, fokus penelitian, dan subjek penelitian itu sendiri. Judul penelitian kualitatif cenderung menggunakan kalimat yang singkat padat dan jelas. Bahkan hanya membutuhkan beberapa kata saja.
Judul penelitian kualitatif jarang menggunakan kata hubung seperti dengan, hubungan, terhadap. Jika pun menggunakan kata hubung hanya sebagai penjelas bukan sebagai komponen atau variabel yang akan diteliti. Penggunaan variabel hanya diperuntukkan judul penelitian kuantitatif.
Penulisan judul penelitian kualitatif yang singkat biasanya diikuti dengan subjudul. Subjudul di sini berfungsi sebagai penjelas penelitian apa yang telah dilakukan dan berisi lokasi, objek penelitian, metode penelitian yang digunakan. Contohnya: subjudul untuk judul ”Kajian Tentang Tidakan Rasionalitas Konversi Pemahaman Beragama Warga Muhammadiyah Yang Berasal Dari NU”, yaitu ”Studi Kasus di Desa Sukadarma, Kecamatan Labuan, Gebang, Madura”.
Berikut beberapa contoh judul penelitian kualitatif yang dapat Anda jadikan rujukan untuk menentukan judul penelitian kualitatif yang akan Anda buat:
  • ”Sandiwara di Senayan”, dengan subjudul ”Studi Dramaturgis Komunikasi Politik di DPR RI”.
  • ”Kematian Sebagai Pertunjukan”, dengan subjudul ”Studi Dramaturgi Pemakaman di Amerika Serikat”.
  • ”Tato Anggota Geng Penjara”, dengan subjudul ”Studi Komunikasi Visual Karier Moral”.
  • ”Teknik Kelompok Kecil yang Radikal”, dengan subjudul ”Kajian Tentang ’Pembangkitan Kesadaran’”.
  • ”Konstruksi Maskulinitas dalam Kampanye Pemilihan Presiden”, dengan subjudul ”Studi Kasus Musim Kampanye Tahun 1992”.
  • ”Citra Tubuh Perempuan”, dengan subjudul ”Kajian Identitas Perempuan dan Media”.
  • “Komunikasi Antaragama”, dengan subjudul “Sebuah Studi Hermeneutik”.
Crystine Daymon dan Immy Holloway dalam bukunya yang mudah dicerna Qualitative Research Methods in Public Relations and Marketing Communication, mengungkap bahwa metode kualitatif untuk Public Relations utamanya ditujukan membantu isu-isu dalam manajemen komunikasi (Daymon-Holloway,  2002:1). Juga disebukan bahwa riset Public Relations dalam isu manajemen komunikasi terbagi dalam dua sudut pandang: realis dan intepretif. Dan kualitatif adalah riset yang menekankan pada sudut pandang intepretif.
Berbagai anggapan filosofis sebanyak apapun mampu diserap dalam riset kualitatif. Kualitatif riset memiliki kedalaman features dan kekuatan, yang dimasukkan subyektifitas alamiah. Maksudnya features itu adalah gaya penulisan yang memungkinkan kemudahan dalam membaca data dan analisis. Dalam memenuhi pengetahuan tentang Public Relations, riset semacam ini memiliki cita rasa kolaboratif dan dialogis.
Daymon dan Holloway (2002: 5-7) juga memberitahukan tentang karakteristik dari riset kualitatif :
  1. Kata-kata/tulisan : Kata-kata dan penulisan dalam riset kualitatif lebih berfokus kepada ficer kata-kata dibandingkan dengan angka, meskipun tidak menutup kemungkinan penggunaan angka sebagai tambahan isi.
  2. Periset : Seorang researcher atau periset dalam penelitian jenis ini akan selalu terlibat sebagai dia sendiri, begitu dekat dengan subjek dan narasumber yang hendak ia teliti. Dan karena kedekatan itu, seolah-olah periset dikendalikan oleh data-data atau subjek/narasumber yang ada (dikarenakan riset mereka berdasar atas metode survey dan wawancara yang terstruktur).
  3. Sudut pandang partisipan : Ada kehendak mendalam untuk menjelajahi dan menyampaikan berbagai macam sudut pandang subjektif dari para narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini. Semacam previles terhadap para periset untuk menuliskan biografi bersama-sama dengan orang-orang yang terlibat dalam riset semacam ini.
  4. Studi dalam skala kecil : Riset kualitatif bertujuan untuk mendalami sebuah permasalahan khusus secara mendalam. Agar tersaring kekayaan data dan pandangan yang menyeluruh akan nomena itu. Secara normatif selalu mengambil contoh yang paling kecil dari sebuah kerangka masalah yang besar.
  5. Holistic Focus : Dibandingkan dengan mengarahkan dan memusatkan perhatian pada satu atau dua variabel yang tertutup, riset kualitatif berorientasi untuk membuka rentang panjang keterkaitan konteks antara aktivitas, pengalaman, kepercayaan, dan nilai-nilai orang-orang dimana mereka terikat dalam sebuah situasi. Hal ini menuntut seorang periset kualitatif untuk memiliki kecakapan dalam memahami berbagai dimensi yang berhubungan dengan konteks.
  6. Fleksibel : Meskipun memiliki topik, agenda, yang mengisi proges pelaporan risetnya, periset kualitatif membuka diri terhadap perubahan paradigma berkaitan dengan keadaan konteks yang ditelitinya. Prosedurnya barangkali bisa menjadi berantakan, harus beradaptasi, dan kadang-kadang harus berubah secara spontan. Tapi studi sosial memang bersifat sangat ‘kacau’ di lapangan dan harus senantiasa terbiasa untuk beradaptasi dengan perubahan.
  7. Terlalu Subjektif : Terkadang riset ini dituduh terlalu impressionis, goyah dengan rasa kagum dan penilaian berlebihan pada konteks. Apapun itu, subjektifitas adalah senjata para periset kualitatif. Berdasarkan proses, periset memiliki kebebasan menentukan jalan pikirannya dan insting pribadi. Karena periset harus percaya penuh terhadap subjek yang dia teliti, mengandalkan riabilitas dan validitas (seperti keaslian dan kepeterpercayaan data) yang bisa dipertanggungjawabkan.
  8. Bermasalah dalam generalisasi : Jangan coba-coba melakukan generalisasi atau kesimpulan. Karena penelitian jenis ini tidak ditujukan untuk mewakili keseluruhan dari populasi isi.  Tantangan penelitian ini memang di dalam membatasi kesimpulan akhir. Padahal dengan menyediakan kekayaan deskripsi data yang bisa diambil dari konteks lebih kecil itu, justru bisa lebih menjelaskan apa yang terjadi dengan konteks yang lebih besarnya.
  9. Kurang transparan : Bryman (2001) berpendapat orang-orang kualitatif itu kurang bertanggungjawab untuk mengartikulasi prosedut dengan rapih. Kumpulan data, sampel, dan analisa disusun dengan meninggalkan begitu banyak lubang. Seperti tambal sulam saja. Walau tidak menutup kemungkinan bahwa penelitian jenis lainnya bisa terjebak dalam masalah yang sama. 
  10. Sulit dijiplak : karena sang peneliti juga merupakan bagian dari penelitian. Jadi tidak mungkin ada orang yang ingin menjiplak riset semacam ini. Sang periset dilarang meniru pula cara penelitian orang lain. Integritas mereka harus berpegang teguh terhadap apa-apa yang mereka teliti.
  11. Prosesual : menekankan diri pada proses. Periset dilarang menjadi statis pada fenomena. Artinya harus melibatkan diri dengan penuh menangkap setiap prosesnya sepanjang waktu. Dengan demikian dari sudut pandang penulis, riset semacam ini tidak memandang ‘jam kerja’ (atau jam riset tepatnya). Karena segalamacam perubahan, detak-detak dari kejadian, dan sikap, harus mampu direkam. 
  12. Induktif dibanding Deduktif : artinya ambil masalah yang kau inginkan. Masukkan alasan induktif menuju kesimpulan deduktif, dari umum kepada khusus. Lalu tes ide-idemu dengan cara menghubungkannya dalam riset pustaka. Teori dengan demikian hanya sebagai penopang saja dibandingkan sebagai alat tes dan generalisasi melalui lapangan penelitian.
Dalam penjelasan 12 karakterisitik riset kualitatif di atas, telah kita pahami sejauhmana penelitian kualitatif memiliki sifat dan membimbing penelitian ini. Tentu saja penulis sendiri hanya mengambil dari Daymon dan Holloway ini sebagai penuntun dan bukan penentu penelitian. Lantas penulis memilih menjadi seorang analis intepretif, dibanding seorang realis.
Judul Penelitian kualitatif dapat bertitik tolak dari suatu teori yang telah diakui kebenarannya dan dapat disusun pada waktu  penelitian berlangsung berdasarkan data yang dikumpulkan. Pada tipe pertama, dikemukakan teori-teori yang sesuai dengan masalah penelitian, kemudian di lapangan dilakukan verifikasi terhadap teori yang ada, mana yang sesuai dan mana yang perlu diperbaiki atau bahkan ditolak.

sumber 
Posted by ManeIcon On 00.12 READ FULL POST
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube